puisi

Written by Siti Lailatul Hajar (Bintang Sahara) on Rabu, 30 Januari 2013 at 20.40



KFC LOGISTIC
 
Sungguh hebat manusia
Menyulap sampah mejadi makanan
Mengubah rongsokan menjadi uang
Bukan hanya satu dua dan tiga
Berkali-kali hingga ribuan
Sudah bukan satu dua yang menjadi korban
Banyak orang tak sadar
Akan tipuan penampilan
Meski nampak menggiurkan
Lezat nan menggoda
Kau tak tahu
Bibit penyakit tertancap di dalamnya

Surabaya, 15 Januari 2013

PUISI

Written by Siti Lailatul Hajar (Bintang Sahara) on Kamis, 24 Januari 2013 at 00.02


Budak-Budak Manusia

Berjalan gagah
Di atas bumi
Dengan membusungkan dada
Berjalan di atas aspal-aspal
Satu-satu mengantri
Di depan tol
Membawa nama perusahaan
Masing-masing
Tanpa peduli
Panas matahari
Menyayat kulit
Mmbakar lebam tubuh

Wahai budak-budak manusia
Kau tak sadar sedang diperealat
Kau tak tahu sedang dijerat
Oleh kesesatan dunia
Melupakan Tuhan Yang Kuasa
Tuhan yang Maha Segala

Oh,,, budak-budak manusia
Sungguh teramat kasihan
Lihatlah dirimu
Tubuh layu
Mata sayu
Kurus kering
Hitam legam
Tanpa uang berlebih
Kau melupakan suatu hal
Ada satu penguasa
Yang seharusnya lebih kau patuti
Ada satu penguasa
Yang mengatur alam jagad raya
Dialah Tuhan, Allohu Akbar

Pernahkah kau bersimpuh
Di depan-Nya
Mengharap belas kaasih-Nya
Meminta keluasan rezeki
Mengharap keberkahan hidup

Bukan sebagai pengemis
Di kaki manusia
Bukan pada manusia biadab itu
Yang telah menjadkanmu
Budak-budak mereka
Menjadi buta akan gemerlapnya dunia

Ah,,, budak-budak manusia

PUISI: Bulu kuduk merinding

Written by Siti Lailatul Hajar (Bintang Sahara) on at 00.01


Bulu kuduk merinding

Melintasi nisan putih
Berjejer
Baris rapi
Bak bala tentara
Yang berperang
Membela agama Allah

Bulu kuduk semakin merinding
Saat asma-Mu ditakbirkan
Mulut sibuk komat-kamit
Tuk lantunkan tahmid
Hanya kepada-Mu
Ya Ilahi Robbi

Kaki sujud bersimpuh
Sesalkan segala dosa
Yang melekat dalam raga
Hatiku hanya sibuk bersama-Mu
Hanya sibuk bersemayam dalam rumah-Mu

Kudukku merinding hebat
Bukan karena angin dahsyat
Ada dengingan
Seperti gerombolan lebah
Yang hanya berdzikir,
Semakin menderu-deru
Menyentuh naluri kalbu

Kudukku benar-benar merinding
Di depan pusara Sunan Ampel
Akankah aku menjadi penerusmu?

Surabaya, 15 Januari 2013

renungan kehidupan bersama, Hidup Dalam Kotak Korek Api

Written by Siti Lailatul Hajar (Bintang Sahara) on Rabu, 09 Januari 2013 at 19.22


Hidup Dalam Kotak Korek Api
Kehidupan bagai air yang terus mengalir menemukan muara. Setiap hari, tentu akan menemukan hal baru. Kebahagiaan dan kesedihan dalam setiap rintangan selalu diterjang. Sama halnya dengan manusia. Manusia senantiasa berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupannya. Apapun dan bagaimanapun caranya, ia ingin bermuara dalam haru tawa dan bahagia.
Tentunya, sebagai makhluk sosial, manusia tak kan terlepas dari orang lain. Meskipun hanya beberapa saja dari mereka. Entah hanya sekadar bertegur sapa atau hidup bersama-sama di dalamnya. Bahkan, untuk keluar saja mencari sesuap nasi di warung, pun masih membutuhkan manusia yang lain. Mulai dari kita menggunakan sandal, memakai baju, menggunakan jalan, mengendarai sepeda motor, dan membeli nasi tentunya. Semuanya tidak terlepas dari bantuan orang lain. Jadi, sangat tidak mungkinmanusia hidup dalam kesendirian yang mutlak.
Hidup bersama-sama dengan manusia yang lain, tentu akan bergesekan satu sama lain. Gesekan-gesekan ini terkadang membuat lecet jika tidak berhati-hati. Oleh karenanya, dalam bercakap-cakap atau bertindak harus berhati-hati agar tidak menimbulkan persellisihan diantara sesama manusia.
Terkadang, ada manusia yang lebih suka hidup dalam kesendiriannya. Menikmati alam dan udara tanpa adanya ganggguan dari manusia lain. Kita sebut ini sebagai manusia yang hidup dalam kotak korek api. Korek api yang hanya menghabiskan hdupnya dalam sebuah kotak kecil dengan orang-orang yang memiliki banyak persamaan dengan dirinya tentu akan berbeda dengan korek api yang hidup di alam buana. Penuh dengan kebebasan dan dapat bertemu dengan banyak orang.
Kita sebut keduanya berbeda karena korek api yang hanya hidup dalam kotak, ia akan lebih mudah tersulut oleh api kemarahan. Sehingga, tak sedikit mereka yang kurng dalam bergaul, memiliki rasa empati, simpati dan sensitif yang amat kecil. Sedangkan mereka, korek api yang hidup di alam buana lebih mudah meredam api kemarahan yang ada pada dirinya sendiri. Ia memiliki rasa tenggang rasa yang lebih tinggi.
Coba perhatikan, korek api mana yang lebih mudah tersulut api jika digesekkan?
Nah, kawan !!! teman, saudara, guru, dan semua orang yang ada di sekelliling kita bisa kita jadikan guru untuk menadi pribadi yang lebih baik lagi.
Nantikan episde selanjutnya, sukses bergaul dengan beragam orang…… keep spirit (^_^)

Ungkapan Ulang Tahun Untuk Sahabat Sejati

Written by Siti Lailatul Hajar (Bintang Sahara) on Senin, 07 Januari 2013 at 21.16

teruntuk sahabatku tercinta, Icha Alie, yang selalu menjadi sosok ibu di kamar kami tinggal,,,,,,,
hanya bait puisi ini yang bisa ku beri nan untaian doa... semoga panjang umur dan hidup semakin bermakna....

Senja masih merah waktu itu
Dan kita masih bercerita tentang hari esok yang masih misteri
Kau mau menjadi sesuatu ceritamu waktu itu
Dan aku mengangguk pelan sambil menatap lurus ke depan

Aku tahu lanjutmu
Hidup bukan seperti puisi atau cerita yang biasanya berujung bahagia
Tapi hidup adalah membuka mata
Membelalakkan mata
Untuk melihat lebih dekat
Semua

Kita mungkin selalu berbeda
Tapi tidak dalam segala
Ada beribu ulat ingin menjadi kupukupu
Tapi mungin ada satu ulat yang hanya ingin menjadi ulat saja
Ada banyak kunangkunang ingin terbang memperlihatkan cahayanya yang terang
Tapi mungkin ada satu kunangkunang ingin masuk ke kedalaman bumi dan menjadi satusatunya penerang di sana
Hidup itu tentang berarti

Ada banyak hal yang mungkin kita tidak mengerti
Sebenaarnya akan mengerti
Tapi nanti
Pada suatu saat yang telah diberkati
Ilahi
Agar kita mengerti lebih dalam tentang makna
Bahwa terlahir bukanlah suatu yang diminta
Tapi ditakdirkan ada
Bahwa hidup bukan sekedar bertahan
Tapi berjuang

Adapun untuk kalah dan menang
Jangan pula jadi pertimbangan
Tidak semua kekalahan adalah akhir dari sgalanya
Bukankah kiamat tidak terjadi hari ini?
Ya, agar kau,
Kita maksudku
Dapat mengulangnya kembali dan membenahinya lebih baik lagi

Senja masih merah waktu itu
Dan malam akan datang
Dan kau merindukan pagi
Aku lihat dari sudut mata rindumu
 Aku lihat dari keharuanmu
Kau ingin mengulang ingat
Ya, aku tahu itu
Kau ingin mengingat jerit pertamamu di dunia
Kelahiranmu

Selamat Ulang Tahun Sahabatku..

Indonesia, 2013

Renungan Awal Tahun

Written by Siti Lailatul Hajar (Bintang Sahara) on Sabtu, 05 Januari 2013 at 16.47


Renungan dalam Halaqoh edisi minggu pertama di Bulan Januari 2013, melalui pemikiran Prof. KH. Achmad Mudlor, S.H. 

“Ya Allah, samakanlah hati dan langkah kami dengan apa yang senantiasa kami dzikirkan setiap waktu.”
“Ya Allah, begitu banyak kenikmatan2 yang belum kami syukuri. Tuntunlah jiwa dan raga kami untuk senantiasa mensyukuri segala karunia yang Kau berikan. Jadikanlah besyukur kami dengan banyak berbuat sesuatu yang positif serta banyak memberi kemanfaatan untuk ummat.”
“Ya Allah, betapa hamba menyadari bahwa kennikmatan2 yang begitu banyak itu belum menjadikan hati kami tergerak untuk beramal, padahal cepat atau lambat kami sedang diintai oleh kematian.”
“Ya Allah, selama ini kami hanya disibukkan oleh tugas2 yang diberikan oleh sesama manusia. Kami merantau, bertempat jauh hanya untuk mencari sesuap nasi atau gelar yang belum tentu dihormati orang serta belum tentu mendatangkan Ridlo-Mu.”
“Ya Allah, pengetahuan kami sungguh teramat sedikit. Pengetahuan kami belum cukup untuk mencakup dalam setiap lini kehidupan. Pengetahuan kami hanyalah stimulus saja, bukan alat untuk memaksa kami beramal dan berjuang membela agama-Mu, Islam.”
“Ya Allah, samakanlah hati dan langkah kami dengan apa yang senantiasa kami dzikirkan setiap waktu.”
“Ya Allah, tuntunlah kami selalu.”

Malang, 5 Januari 2013

Pages

@suryacinta. Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Our Partners

Categories

Resources

Bookmarks

Bintang Sahara

Semua lebih berarti, apabila dihayati.