Kebebasan dalam Belenggu

Written by Siti Lailatul Hajar (Bintang Sahara) on Rabu, 03 Agustus 2011 at 17.35

Alangkah indahnya ketika seseorang bisa hidup dengan bebas, tanpa intimidasi, paksaan maupun ancaman. Apakah benar kebebasan akan membawa pada kebahagiaan? Sejatinya manusia menginginkan kebebasan, hidup dengan leluasa. Jika tidak, untuk apa para pejuang dan pahlawan zaman dahulu mati-matian memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Berapa banyak sudah korban yang jatuh di medan perang. Semua itu tidak lain untuk mendapatkan kebebasan hidup yang terlepas dari kecaman dan kekangan para penjajah.
Banyak ditemui saat ini masyarakat baik dari kalangan muda maupun kalangan tua yang salah dalam mengartikan kebebasan. Kebebasan dianggap sebagai hidup untuk bersenang-senang dan berfoya-foya menikmati uang serta fatamorgana kehidupan. Penglihatan dibutakan oleh gemerlapnya kemewahan. Ke sana ke mari menghabiskan uang tanpa ada tujuan. Mata dibiarkan jelalatan melihat cowok tampan atau cewk cantik rupawan. Perilaku bebas tanpa aturn. Mengabaikan norma yang ada dalam tatanan. Tak menghiraukan masa depan. Egoististis dan individualis berkembang biak dengan baik dalam badan. Loe ya loe, gue ya gue. G usah ngurusin orang lain. Urus sana dirimu sendiri. Ini emang uda kehidupanku. Terserah apa kata orang. Loe, gue end!!! Itulah semboyan anak muda zaman sekarang yang sering terlontarkan. Apakah itu yang dinamakan kebebasan? Coba kita pikirkan bersama!
 Taukah bahwa manusia hidup di dunia ini mengemban tanggung jawab yang begitu besar. Lebih besar dari akumulasi semua gunung di bumi bahkan mungkin dunia seisinya. Sebelum manusia terlahir di bumi ini, sebelum malaikat meniupkan ruh ke dalam janin, ruh telah diikrar oleh Tuhan untuk menjadi hamba-Nya yang mau mematuhi segala apa yang diperintahkan-Nya serta menjauhi segala apa yang menjadi larangan-Nya. Sebenarnya bukan hanya manusia yang menerima perikatan dari Tuhan. Semua makhluk pun ditawarkan perikatan tersebut oleh Tuhan. Tetapi, mereka semua menolak kecuali manusia. Gunung yang besar dan menjulang tinggi, langit yang begitu tinggi, bumi yang luas, macan yang buas dan ganas pun tak sanggup untuk menerima perikatan tesebut. Tetapi, manusia merasa sanggup untuk menyetujui perikatan tersebut. Tentu saja ada konsekuensi di dalam perikatan tersebut. Jikalau manusia mampu menjalankan dengan baik perikatan tersebut, maka Tuhan akan menempatkannya di tempat yang mulia, tempat yang penuh dengan kebahagiaan. Begitu pula sebaliknya, jika manusia itu melanggar perikatan / janji yang telah diucapkannya dulu, maka dia akan ditempatkan di tempat yang penuh dengan siksaan dan kepedihan.
Masih ingatkah kita dengan janji yang telah kita ucapkan di hadapan Tuhan dahulu? Mungkin saja kita tidak ingat, sehingga membuat kebanyakan manusia lupa akan jati dirinya dan lupa akan tugas serta kewajiban yang seharusnya dilakukan di dunia. Manusia hidup d dunia ini terikat kontrak dengan Tuhan seperti tersebut di atas. Setelah mengetahui ihwal tersebut, akankah manusia tetap hidup seenaknya sendiri tanpa menghiraukan norma dan aturan yang ada. Sekalipun demikian, manusia tetap memiliki kebebasan. Kebebasan untuk menentukan pilihan, juga kebebasan dalam mewarnai kehidupan yang dijalani. Ingin mewarnai kehidupan dengan tinta putih, hitam, hijau, biru atau warna apapun itu sudah menjadi hak manusia itu sendiri. Semuanya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Tuhan juga telah memberikan petunjuk-Nya dan menuntun manusia melalui Kitab dan Rasul-Nya.
Jelas sudah bahwa manusia tidak bisa hidup seenaknya sendiri. Jika ada manusia yang tidak menghiraukan adanya aturan dan norma kehidupan, maka apa bedanya dengan hewan yang tidak dibebani kontrak dengan Tuhan. Derajat manusia bisa menjadi tingi lebih tinggi daripada malaikat, juga bisa merendah bahkan lebih rendah daripada hewan. Kebebasan hidup manusia itu tetap berada di bawah koridor kontrak dengan Tuhan. Bukan berarti ini untuk menghambat kekreatifitasan manusia. Tuhan tidak melarang hal itu. Manusia tetap bisa mengembangkan kekreatifitasan mereka, asalkan masih berada dalam koridor yang benar.
Apakah sekarang anda merasa iri dengan hewan atau makhluk yang lain?

kirimkan argumen anda ke aurora_rembulan@yahoo.com 

Pages

@suryacinta. Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Our Partners

Categories

Resources

Bookmarks

Bintang Sahara

Semua lebih berarti, apabila dihayati.